Sharing

Kamis, 08 November 2012

Langkah

Langkah Part 1 


Heina, yah seorang gadis periang yang cuek dan selalu mengikuti apa yang dia inginkan tanpa peduli dengan pandangan orang lain tentang hidupnya namun selalu membuat orang iri dengan hidupnya nampak sedang bersantai di taman seorang diri sambil menutup mata. Pikirannya melayang jauh hingga teringat pada peristiwa itu...

"Heina...." sapa Clion
"Clion? Tumben..."

Clion dan Heina memang sebelumnya tak pernah akur namun entah mengapa hari itu, Clion ingin berdamai dengan tujuan yang terselebung.

"Heina, gw..."
"Kenapa loe?"
"Maafin gw"
"Buat??"
"Y selama ini gw..."
"Y udah, males gw ngebahasnya gw maafin loe"
"Bener?"
Heina hanya mengangguk kecil dan di sambut pelukan hangat Clion. 

Clion sosok laki - laki remaja yang banyak digemari oleh gadis - gadis di kampusnya memiliki paras tampan, badan  menunjang dan ketua dari salah satu Club di kampusnya namun semua itu tak sama dengan kelakuannya yang menyimpang.

"Apa - apaan sih?"
"Hehehehehe..." Clion hanya tersenyum penuh maksud
"Apa?"
"Galak banget sih loe Na"
"Hah???"

Belom sempat Heina beranjak Clion menarik tangan Heina, sontak Heina terjatuh dan dengan sengaja Clion memeluk dan mencium Heina. Dikejauhan salah seorang dari anggota gank Clion memotret kejadian itu. Dalam hati Clion merasa menang.

"Gila loe"
"Galak banget si"

Heina berlalu tak menggubris panggilan Clion. Dalam hati bodohnya dia percaya dengan perkataan maaf dari Clion musuh bebuyutannya. Di lain tempat..

"Heh, kejadian tadi udah loe abadiin belum?" tanya Clion
"Udah bos tenang aja.. Nih" sambil memberikan foto
"Hebat loe Yon"
"Gw..."
"Nih, gw bayar sesuai kesepakatan"
"Siap, thanks boss"

Sesaat Clion merasa sangat menang, timbul pikiran licik Clion unutk terus mempermainkan Heina, mulai dari menyebar luaskan foto - foto hingga gosip - gosip yang tak benar. Awalnya Heina tak menggubris namun lama kelamaan habis kesabaran Heina, hingga akhirnya..

"Clion, loe"
"Apa sayang?" jawab Clion dengan santai
"Apa???" teriak Heina
"Kenapa sayang? G usah kaget gitu dong bukannya loe suka kan sama gw... Sini sini gw puasin loe"
"Jijik gw, bener - bener loe"
"Apa?"
"Shit!"
"Kenapa? Jangan marah - marah dong sayang, service gw kurang memuaskan ya tadi malam? Atau loe mau gw puasin lagi sekarang?"
"Apaan sih loe? Sudi gw sama loe! Jijik!"
"Eits jangan bentak - bentak gitu dong sayang"
"Jaga mulut loe CLION!"
"Galak banget si kamu, tapi makin nafsu gw lihat muka loe kaya gitu"
"Shit! G sudi gw! Inget ya semuanya yang loe bilang ke anak - anak cuman rekayasa loe doank, gw g pernah jadian sama loe"
"Ah ngapain malu - malu si? Anak - anak juga tau kok"
"Shit! Biadab loe Clion!"

Lama pikiran Heina berlalu pada kejadian itu, sedih, kecewa dengan ulah yang diperbuat Clion. Entah kenapa Clion yang tadinya berteman dekat dengannya kini benar - benar berubah menajdi musuhnya. Heina memutar otak kesalahan apa yang pernah dia perbuat hingga mengubah sikap Clion sangat drastis, baru saja Heina berfikir seseorang mengagetkannya.

"Woy ngelamun aja loe" sapa Rinka mengagetkan
"Ah sial loe. jantungan gw"
"Wah jangan dong say, repot di gw nanti"
"Sialan loe" meninju halus lengan Rinka
"Eh Na, loe mau nyampe kapan sabar terus - terusan sama sikap Clion yang makin senga?"
"Ah biarin ajalah Rin, lagian g ada guna juga gw ngeladenin dia"
"Yeh... Selalu loe"
"Apa? G setuju loe?"
"Hah... Entahlah"

Rinka sahabat Heina sejak SMP, sangat mengenal dengan baik sifat cuek Heina namun dibalik semua itu Rinka tau Heina sedang berjuang melawan semua sakit hatinya.
Ya, semenjak kejadian itu Heina tiba - tiba saja menjadi trend center di kampusnya di cap sebagai cewek Clion di cap sebagai cewek super cuek dan yang paling menyakitkan Heina di cap layaknya cewewk g bener. Namun semuanya tak di gubris Heina, dia tetap fokus pada tujuan utamanya menyelesaikan kuliahnya setelah itu semua berakhir kembali normal. Heina sangat menyukai kegiatan membuat film singkat, dan dia melampiaskan semuanya di kegiatanitu baginya berkumpul bersama timnya sedikit membuat beban Heina terlupakan, ditambah Rinka yang tak pernah meninggalkannya sendirian. Namun malam itu, Rinka memutuskan untuk pulang duluan bersama Eza pacar barunya. Heina ingin menolaknya namun rasa g enak karena rengekkan Rinka akhirnya hanya bisa pasrah.

"Na, gw balik duluan ya" ucap Rinka
"Yakin loe pulang bareng Eza?"
"Tenang aja, Eza baik kok lagian loe udah kenal jugakan sama Eza. Loe jugakan yang bilang sama gw kalao Eza baik"
"Baik sih, cumankan Eza belom tau kalao loe punya trauma, gw takutnya doi ngajak loe ke tempat itu trus loe kambuh"
"G akan kok Na, loe tenang aja! Lagi pula kejadian itu udah lama banget, masa iya gw kumat? Terakhir kali gw kumat juga kan waktu gw SMA kelas 1"
"Y y, inget bange gw waktu lihat loe teriak - teriak kaya orang kesurupan dan muka loe g KOBE sumpah"
"Ah sialan loe Na,,,,"
"Hahahahahaha,,,,,"
"Hahahaha, awas loe Na" mencubit lengan Heina
"Aw, sakit tau"
"Hahaha, y udah ah gw pergi dulu y Na"
"Ya, hati - hati Rin"

Yah, hari itu terakhir kalinya Heina melihat senyuman riang Rinka. Pukul 23.45 cellphone Heina berdering..
Ring... Ring... Ring...
"Hallo" ucap Heina malas
"Heina,,,, Na ini gw Eza loe bisa kesini sekarang? Gw di RS Meidha... Rinka Rinka"
"Rinka kenapa?"
"Rinka kumat, gw g tau harus gimana"
"Tunggu gw kesana"

Tanpa basa - basi Heina menyambar kunci motornya dan melaju dengan cepat. 15 menit kemudian..

"Rinka mana Za? Hei Rinka mana?"
"Dia di dalam" sambil menunjuk ruang ICU
"Shit.. Dia kenapa? Gimana bisa kumat?"
"Gw juga g ngerti Na, tiba - tiba dia teriak - teriak terus pingsan"
"Loe ajak dia kemana?"
"Ke bukit"
"Bukit Dago?"
Eza hanya mengangguk pelan.
"Shit, loe ngapain ngajak dia kesana? Loe g tau Rinka trauma"
"Sumpah, gw g tau Na"
"Gila loe"

Air mata Heina perlahan meleleh membasahi pipinya, baru kali ini Heina benar - benar merasa sangat takut, takut kalao harus kehilangan Rinka sahabat yang selama ini selalu ada untuknya yang selalu menasihatinya dengan ulahnya yang cuek dan selalu sabar karena tingkah cueknya yang terkadang membuat orang lain risih. Namun kini, masih bisakah Heina melihat Rinka? Bayangan Rinka terus berputar dikepalanya hingga akhirnya...

"Maaf apa ada sanak sodara dari Rinka?"
"Saya dok"
"Mari..." mempersilahkan Heina masuk keruangan ICU
"Za, bentar y"
"Ya... Na maaf"
Heina hanya mengangguk.

"Rinka..."
Rinka hanya menatap kosong, entah apa yang ada di dalam pikirannya
"Rin, maaf seharusnya loe pulang bareng gw! G seharusnya loe pulang bareng Eza"
Rinka hanya menatap Heina
"Rin...."
"Na, gw takut" tiba - tiba Rinka berbicara
"Takut kenapa loe?"
"Jangan salahin Eza y Na, dia g tau apa - apa tentang trauma gw"
"Tapi,,,,"
"Y Na, please!"
"Ya Rin..."

Rinka memang memiliki kenangan buruk di Bukit Dago itu, entah bagaimana cerita pastinya hanya saja Rinka kehilangan orang yang benar - benar dia sayangi di tempat itu, dan kejadian itu meninggalkan trauma yang teramat dalam bagi Rinka.

Beberapa minggu kemudian kondisi Rinka membaik dan Rinka diperbolehkan untuk pulang, namun semuanya tidak sama dengan sebelumnya senyuman Rinka yang selalu menghiasi wajahnya kini seperti menghilang Rinka lebih memilih untuk berdiam diri, hanya mau berbicara kepada Heina dan Eza seakan menghindar dari semuanya. Heina yang merasa ada kejanggalan beruapaya untuk mencari tau.

"Za, gw mau ngomong"
"Kenapa Na?"
"Malam itu waktu loe ngajak Rinka ke bukit. Loe yakin g ngapa - ngapain Rinka?"
Eza terdiam beberapa menit lalu berkata pelan
"Maafin gw Na"
"Maksud loe?"
"Rinka yang mulai"
"Mulai apa? Loe cerita yang bener"
"Rinka meluk gw, dia bilang dia takut. Gw bingung gw cuman bisa meluk dia nyoba nenangin dia...."
"Trus?"
"Rinka bilang, dia takut"
"Gw bingung harus gimana nenangin dia. Gw nyium dia..."
"Oh trus?"
"Ya............ Loe tau lah"
"Hah??? Loe sama Rinka???"
"Sssssttttt.... g usah kaget gitu juga kali"
"Tapika Rinka?"
"Ya... Makanya gw ngerasa bersalah banget sama dia"
"Trus sekarang gimana?"
"Ya gw g tau dia jadi gini kenapa? Gw kemarin ngomong sama dia ngebahas masalah itu dia g permasalahin, dia juga pingin ngerasain cuman dia ngerasa takut"
"Trus loe g nanya kenapa?"
"Gw nanya, cuman dia bilang jangan paksa dia buat nginget semuanya"
"Za,gw g nyalahin loe ngelakuin itu bareng Rinka cuman loe g seharusnya ngajak Rinka ke Bukit Dago"
"Kenapa?"
"Nanti juga loe tau kok Za, mending loe tau dari dia daripada gw yang ngejelasin"
"Na, gw janji gw g akan nyia - nyiain sohib loe"
"Gw tau kok, loe sayang dia"
Eza hanya tersenyum.
"Y udah gw cabut dulu ya, gw nitip Rinka"
"Loe mau kemana?"
"Gw masih ada urusan, biasalah kumpul bareng tim gw, hehehehe"
"Dasar bu sutradara"
"Ah loe"
"Good luck Na"
"Siip"

Heina memacu motor kesayangannya menuju studionya, namun di tengah perjalanan Cellphonenya berbunyi. Heina menepi untuk mengangkat cellphonenya, terlihat di layar private number. Penasaran, Heinapun mengangkat cellphonenya...

"Hallo"
"Heina?"
"Siapa ya?"
"Loe gw tunggu di batas kota sekarang"
Belum sempat Heina bertanya telefon itupun terputus.

Heina berfikir sejenak, memahami maksud dari telefon tadi akhirnya Heina menyerah dan melaju ke batas kota. Sesampainya di batas kota, Heina melihat sosok seseorang yang tak asing baginya, perlahan Heina mendekat dan..

"Clion?" Heina sedikit berteriak
"Hey, Heina"
"Mau apa lagi loe? Belom puas loe ngejatohin nama baik gw?"
"G usah galak gitu dong"
"Clion, loe kalao memang g suka sama gw atao gw pernah punya salah sama loe bilang!"
"Nanananana"
"Clion, harusnya loe inget dulu kita teman dekat"
"Hahaha, itu dulu Na! Sekarang semuanya udah beda"
"Kenapa Clion?"
"Loe g perlu tau"
"Clion, gw serius"
"Ikut gw" menarik tangan Heina
"Lepasin, sakit Clion"
"Diem atau gw bikin loe makin sengsara"
Heina hanya terdiam mengikuti keinginan Clion
"Sini"
"Kemana?"
"Sini"
"Ya kemana?"
"Udah g usah banyak tanya naik aja ke mobil gw"
Heina pasrah dan naik ke mobilnya

Clion menyalakan mobilnya dan beranjak menuju tempat yang jauh dari perkotaan, seakan tak menghiraukan pertanyaan Heina, Clion menyalakan radionya dan terus melaju kencang. Diluar hujan deras membawa suasana semakin tegang, dingin yang lama - lama Heina rasakan. Clion yang menyadari Heina kedinginan memberikan jaketnya.

"Kenapa loe?"
"Ga.." dengan suara agak bergetar
"Tuh pake jaket gw"
"Ga apa - apa"
"Udah pake" melempar jaketnya
"Ih..."
"Apa? Gw bilang pake y pake tinggal di pake aja susah? Apa perlu gw pakein paksa?"
"Ga... Makasih Clion" 

Heina hanya berusaha untuk tetap sabar menghadapi sikap arogan Clion, baginya g ada guna untuk terus melawan sikonnya sekarang dia berada di mobil Clion dan entah kemana Clion membawa Heina pergi, diluar hujan. Heina makin kedinginan, udara dingin dari AC mobil di tambah hujan membuat Heina semakin menggigil. Clion hanya tersebyum sinis.
"Clion, sebenarnya kita mau kemana?"
Clion masih tak menjawab dan menepikan mobilnya
"Loe kedinginan?"
Heina hanya mengangguk
"Sini" memeluk Heina
"G, lepasin... Gw g apa - apa"
"Udah diem"
Kali ini suara Clion merendah g seperti sebelumnya yg selalu membentak Heina, namun Heina merasakan keganjilan Clion.
"Clion......"
Clion menatap Heina, tatapan itu membuat gugup Heina tiba - tiba Clion mencium Heina, berontak Heina tak ada hasil tenaga Clion mengalahkan Heina.
"Teriak sesuka loe Heina, disini sepi diluar hujan g akan ada yang ngedenger teriakan loe"
Heina merinding mendengar ucapan Clion,namun percuma Heina berontak
"Jangan munafik Heina..."
"Clion please.. Gw g mau"
"Na, gw tau loe siapa"

Heina terdiam pasrah, diluar hujan tak ada seorangpun yang melintas dijalan itu. Air mata Heina menetes di dalam hati Heina hanya bisa memohon..
"Tuhan tolong aku"

_Bersambung_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar